2.1 Fakta dan Fenomena dari Fluktuasi Bisnis
Fluktuasi
ekonomi adalah kenaikan dan penurunan aktivitas ekonomi secara relatif
dibandingkan dengan tren pertumbuhan jangka panjang dari ekonomi. Fluktuasi ini
atau business cycle (siklus bisnis),
bervariasi dalam intensitas dan jangka waktunya. Kenaikan dan penurunan
biasanya meliputi negara dan bahkan dunia, dan mempengaruhi seluruh dimensi
dari kegiatan ekonomi, tidak hanya tingkat pengangguran dan produksi.
Ekspansi
suatu keadaan di mana penyehatan perekonomian telah terjadi dari kondisi
sebelumnya, yaitu resesi atau bahkan depresi. Tahap ini ditandai dengan
meningkatnya kesempatan kerja, meningkatnya pendapatan, dan pengeluaran
konsumsi masyarakat. Sektor perusahaan mengalami kenaikan produksi barang dan
jasa, kenaikan penjualan, dan laba perusahaan. Iklim investasi berubah dari
pesimisme menjadi optimisme, karena permintaan konsumen mengalami kenaikan
produksi barang dan jasa juga mengalami kenaikan. Sehingga terjadi kenaikan kapasitas
produksi dan pengurangan pengangguran tenaga kerja.
Bagian
puncak dari siklus bisnis menunjukkan tingkat pemanfaatan kapasitas
perekonomian yang tinggi baik untuk faktor produksi tenaga kerja maupun bahan
mentah untuk kegitan produksi barang-barang. Pada titik ini terjadi beberapa
persoalan antara lain: kenaikan output perekonomian akan terjadi dengan
peningkatan investasi. Kenaikan investasi ini akan menimbulkan kenaikan harga
dari faktor-faktor produksi. Selanjutnya kenaikan harga faktor produksi menjadi
penyebab kenaikan harga-harga umum. Pada titik ini kenaikan output perekonomian
diikuti oleh kenaikan tingkat inflasi. Tiga Faktor Utama Mengenai Fluktuasi
Ekonomi :
·
Fluktuasi
dalam perekonomian sifatnya tidak teratur dan tidak dapat diramalkan
·
Kebanyakan
besaran ekonomi makro berflukturasi bersama-sama
·
Saat
hasil produksi turun, tingkat pengangguran naik
2.1.1 Flukturasi Ekonomi Jangka Pendek
A. Model dasar dari
fluktuasi ekonomi
Model
fluktuasi ekonomi jangka pendek terfokus pada perilaku dua variabel. Variabel
pertama adalah hasil perekonomian dalam bentuk barang dan jasa, sebagaimana
diukur oleh PDB riil. Variabel kedua adalah tingkat harga keseluruhan, yang
diukur oleh indeks harga konsumen atau deflator PDB. Kita menganalisis
fluktuasi-fluktuasi dalam perekonomian secara keseluruhan dengan model
permintaan dan penawaran agregat.
B.
Kurva Permintaan Agregat
Kurva permintaan
agregat adalah total permintaan untuk barang dan jasa dalam perekonomian. Kurva
permintaan agregat (AD) adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan negatif
antara output agregat dan tingkat harga. Kebijakan moneter (Ms). Kurva
permintaan agregat miring ke bawah. Artinya, jika hal lain tetap sama,
penurunan tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian (misal dari P1 ke P2)
cenderung meningkatkan jumlah barang dan jasa yang diminta (dari Y1 ke Y2).
KURVA
PERMINTAAN AGREGAT
Terdapat
3 alasan berkaitan dengan hubungan negatif kurva permintaan agregat tersebut
yaitu:
·
Tingkat
harga dan konsumsi : Efek kekayaan. Penurunan
tingkat harga membuat konsumen merasa lebih kaya, yang kemudian akan terdorong
untuk lebih banyak membelanjakan uangnya. Peningkatan pengeluaran konsumen
berarti juga peningkatan jumlah barang dan jasa yang diminta.
·
Tingkat
harga dan investasi : Efek suku bunga.
Tingkat harga yang lebih rendah menurunkan suku bunga, yang akan mendorong
pembelanjaan barang-barang investasi dan meningkatkan jumlah barang dan jasa
yang diminta.
·
Tingkat
harga dan ekspor neto : Efek nilai tukar.
Jatuhnya tingkat harga di AS menyebabkan jatuhnya suku bunga di negara
tersebut, terdepresiasinya nilai tukar riil yang kemudian mendorong ekspor neto
AS dan meningkatkan jumlah permintaan barang dan jasa.
C.
Pergeseran Kurva Permintaan Agregat
1.
Pergeseran
yang berasal dari konsumsi:
peristiwa yang membuat konsumen mengeluarkan uang lebih banyak pada tingkat
harga tertentu (pemotongan pajak, meledaknya pasar saham) menggeser kurva
permintaan agregat ke kanan. Peristiwa yang menyebabkan konsumen mengurangi
pengeluarannya pada tingkat harga tertentu (kenaikan pajak, kelesuan pasar
saham) menggeser kurva permintaan agregat ke kiri.
2.
Pergeseran
yang berasal dari investasi:
Peristiwa yang menyebabka perusahan melakukan lebih banyak investasi pada
tingkat harga tertentu (optimisme mengenai masa depan, penurunan suku bunga
akibat kenaikan jumlah uang yang beredar) menggeser kurva permintaan agregat ke
kanan. Peristiwa yang menyebkan perusahaan mengurangi investasinya pada tingkat
harga tertentu dan menggeser kurva ke kiri.
3.
Pergeseran
yang berasal dari pembelanjaan pemerintah: Peningkatan pembelanjaan
pemerintah untuk barang dan jasa (pengeluaran lebih besar untuk pembanguna
jalan raya atau untuk pertahanan) menggeser kurva permintaan agregat ke kanan.
Penurunan jumlah pembelanjaan pemerintah untuk barang dan jasa menggeser kurva
ke kiri.
4.
Pergeseran
yang berasal dari ekspor neto: Peristiwa yang meningkatkan pengeluaran atas
ekspor neto pada tingkat harga tertentu (terjadinya ledakan di pasar luar
negeri, depresiasi nilai tukar) menggeser kurva permintaan agregat ke kanan.
Peristiwa yang mengurangi pengeluaran atas ekspor neto pada tingkat harga
tertentu menggeser kurva ke kiri.
D.
Kurva Penawaran Agregat
Kurva
penawaran agregat menyatakan jumlah keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi
serta dijual pada setiap tingkat harga oleh berbagai perusahan. Tidak seperti
kurva permintaan agregat yang selalu miring ke bawah, kurva penawaran agregat
memperlihatkan suatu hubungan yang sangat bergantung pada periodenya.
Kurva
Penawaran Agregat Jangka Pendek
Dalam
jangka pendek kurva penawaran agregat mempunyai arah yang positif. Pada output
yang rendah, kurva berbentuk datar. Pada kapasitas perekonomian yang lebih
besar bentuk kurva menjadi cenderung vertikal. Para ahli ilmu ekonomi makro,
fokus pada apakah ekonomi beroperasi pada kapasitas penuh (full-employment), yaitu suatu kondisi di mana seluruh sumber
ekonomi telah dimanfaatkan secara optimal.
Kurva
penawaran agregat jangka pendek miring ke atas:
1.
Teori
kekakuan upah:
Penurunan tingkat harga yang tidak terduga akan meningkatkan upah riil,
menyebabkan perusahaan mempekerjakan lebih sedikit pekerja dan memproduksi
jumlah barang dan jasa yang lebih sedikit.
2.
Teori
kekakuan harga:
Penurunan tingkat harga yang tidak terduga membuat perusahaan mengenakan harga
yang lebih tinggi dari yang dikehendaki, menekan penjualan dan mendorong
perusahaan untuk mengurangi produksi.
3.
Teori
kesalahan persepsi:
penurunan tingkat harga menimbulkan anggapan pada produsen bahwa harga relatif
produk mereka telah menurun, sehingga mendorong mereka untuk mengurangi
produksi.
Kurva
penawaran agregat jangka pendek dapat bergeser berasal dari:
1.
Tenaga
kerja
2.
Modal
3.
Sumber
Daya Alam
4.
Teknologi
5.
Tingkat
harga yang diharapkan
Kurva Penawaran
Agregat Jangka Panjang
Dalam
jangka panjang, kurva penawaran agregat berbentuk vertikal, sementara dalam
jangka pendek, kurva penawaran agregat miring ke atas. Perubahan biaya yang
lebih lambat dibanding perubahan harga dalam jangka pendek menghasilkan bentuk
kurva penawaran agregat yang naik ke arah kanan. Jika biaya dan tingkat harga
bergerak bersama di dalam jangka panjang maka kurva penawaran agregat berbentuk vertikal (LRAS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar