A. Dividend Irrelevance Theory (Dividen
Tidak Relevan)
Beberapa kalangan berpendapat bahwa
kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan
maupun terhadap biaya modalnya. Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan, maka hal tersebut tidak relevan.
Pendukung dari tidak relevannya kebijakan
dividen adalah Modigliani-Miller (MM). Mereka berpendapat bahwa bagaimanapun
kebijakan dividen itu memang tidak mempengaruhi harga saham maupun kemakmuran
pemegang saham. Lebih lanjut MM berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan
oleh earning power dan asset perusahaan tersebut. Dengan demikian nilai
perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah
laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak
mempengaruhi nilai perusahaan.
MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan
berdasarkan asumsi-asumsi di bawah ini:
1. Pasar modal sempurna, di mana para
investor mempunyai kesamaan informasi, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada
pajak.
2. Para investor bersifat rasional.
3. Semua peserta pasar bersifat
price-taker.
4. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus
pendapatan masa datang dan para investor mempunyai informasi yang sama.
5. Manajer dalam pengambilan keputusannya
mengenai produksi dan investasinya disesuaikan dengan informasi tersebut.
6. Untuk memisahkan pengaruh dividen dan
pengaruh leverage, maka semua perusahaan dianggap memiliki rasio D/S sama.
7. Perusahaan-perusahaan semestinya
memiliki kelas risiko yang sama.
8. Perusahaan dengan produksi yang
sekarang memiliki yield yang sama.
B. Teori Bird in The Hand
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon
(1959) dan John Lintner (1956) yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai
perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena para
investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang
dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor
menerima dividen. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor
jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada
pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal.
MM dalam hal ini tidak setuju bahwa
ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividen, yang
menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara dividen dengan keuntungan modal.
MM menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai kekeliruan bird-in-the-hand,
yakni: mendasarkan pada pemikiran bahwa investor memandang satu burung di
tangan lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan demikian,
perusahaan yang mempunyai dividend payout ratio yang tinggi akan mempunyai
nilai perusahaan yang tinggi pula.
Namun menurut pandangan MM, kebanyakan
investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham
dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus,
tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang
hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan
pembagian dividen.
C. Teori Preferensi Pajak
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan
pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen
yang rendah dari pada yang tinggi, yaitu:
1. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak
lebih rendah dari pada pendapatan dividen. Untuk itu investor yang kaya (yang
memiliki sebagian besar saham) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan
menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap
menghasilkan kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah
akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.
2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan
sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu.
3. Jika selembar saham dimiliki oleh
seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal
yang terutang.
Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak
ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba
perusahaan. Jika demikia para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk
perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis
yang pembagian dividennya tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar