KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT
INDEX: TINGKAT PENDIDIKAN, KESEHATAN)
Bekerja dapat meningkatkan pembangunan
sumber daya manusia ketika adanya kebijakan yang diambil untuk memperluas
kesempatan kerja yang menguntungkan dan memuaskan produktifitas, meningkatkan
keterampilan kerja dan potensi dan menjamin keselamatan hak–hak mereka dan
kesejahteraan. Mengukur Aspek pekerjaan baik positif maupun negatif dapat
membantu agenda kebijakan dan melacak kemajuan pembangunan SDM untuk
meningkatkan pekerjaan. Tetapi banyak negara yang menghilangkan data
internasional untuk indikator anak dibawah umur yang bekerja, pekerjaan paksa,
peraturan penggunaan jam tenaga kerja dan perlindungan sosial. Hal ini
membatasi negara untuk memantau pembangunan sumber daya manusianya.
Berdasarkan ketiga indikator tersebut, ditetapkan tiga kelompok negara.
·
Pertama (rendah), bila IPM-nya
berkisar antara 0 sampai 50. Negara yang
masuk kategori ini sama sekali atau kurang memperhatikan pembangunan manusia.
·
Kedua (sedang), jika IPM-nya berkisar antara 51 sampai 79.
Negara yang masuk dalam kategori ini mulai memperhatikan pembangunan sumber
daya manusianya.
·
Ketiga (tinggi), jika IPM-nya
berkisar antara 80 sampai 100. Negara yang masuk dalam kategori ini sangat
memperhatikan pembangunan sumber daya manusianya.
Peran sumber daya manusia bukan hanya
sebatas di tingkat perusahaan saja, namun menjadi faktor utama yang mendukung
kemajuan sebuah negara. United Nations Development Programme (UNDP)
mengembangkan Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index, HDI) sejak
tahun 1980.
Pada tahun 2014 UNDP
merilis laporan HDI untuk 187 negera dengan nilai rata-rata HDI sebesar 0,702
(pada skala 0 sampai 1). Indonesia menempati peringkat ke-108 dari 187 negara
pada tahun 2013, atau tidak mengalami perubahan dari tahun 2012. Posisi
tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok menengah. Skor nilai HDI Indonesia
sebesar 0,684, atau masih di bawah rata-rata dunia sebesar 0,702. Peringkat dan
nilai HDI Indonesia masih di bawah rata-rata dunia dan di bawah empat negara di
wilayah ASEAN (Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand). Tiongkok yang pada
tahun 1990 masih di bawah Indonesia, mulai menyusul Indonesia pada tahun 2005.
Tabel dibawah menunjukkan
ulasan kemajuan Indonesia dalam setiap indikator IPM. Antara tahun 1980 dan
2014, harapan hidup di Indonesia meningkat 9,3per tahun, rata-rata tahun
sekolah meningkat 4,5 per tahun dan tingkat harapan sekolah meningkat 4,3 tiap
tahun. GNI per kapita Indonesia meningkat sekitar 237,4 persen antara tahun
1980 dan 2014.
Untuk di negara Asia tenggara Indonesia terletak
di urutan nomor 5, hal ini membuat pemerintah dan masyarakat harus lebih
produktif lagi dalam meningkatkan kinerja agar dapat meningkatkan pembangunan
manusia. Singapura bisa berada pada golongan Very High Human
Development dikarenakan Pemerintah Singapura sangat memperhatikan pembangunan
manusianya. Masyarakat Singapura dikenal gila kerja, yang lebih memilih bekerja
dibandingkan harus di rumah. Hal ini mengakibatkan etos kerja masyarakat
Singapura tinggi. Dengan semangat kerja yang tinggi ini maka akan meningkatkan
pendapatan nasional yang kemudian dapat disalurkan dalam hal pendidikan, dll.
Di samping itu, Singapura memiliki daerah yang kecil dan penduduknya juga tidak
terlalu banyak, dan kegiatan investasi di Singgapura cenderung tinggi. Banyak
Penanam Modal Asing (PMA) yang menanamkan modalnya di Singapura karena
menganggap Singapura memiliki potensi bisnis yang tinggi.
Sedangkan Indonesia masuk dalam golongan Medium Human Development.
Pendapatan Nasional Indonesia sebenarnya tinggi tetapi tidak sebanding dengan
jumlah penduduknya yang sangat banyak sehingga pendapatan per kapitanyapun
menjadi sedikit. Jika ingin masuk ke golongan High Human Development maupun Very High Human Development, maka Indonesia harus memperbaiki kondisinya karena
masih banyak yang harus diperbaiki. Masih banyak terjadi korupsi serta dana
untuk pendidikan yang masih minim terbukti dengan masih banyaknya anak yang
putus sekolah. SDMnyapun juga rendah. Di samping itu pemerataan pandapatan
nasionalnya masih belum merata, masih banyak daerah yang miskin.
Negara-negara berkembang
termasuk Indonesia harus terus
menghadapi tantangan untuk bertumbuh menjadi negara maju, adapun beberapa
permasalahan yang sering dihadapi oleh Negara- Negara berkembang :
a. Memiliki Berbagai Masalah Kependudukan
Berbagai
tekanan dan masalah kependudukan yang merupakan masalah kompleks di
negara-negara berkembang, antara lain: Laju pertumbuhan dan jumlah penduduk
relatif tinggi, persebaran penduduk tidak merata, tingginya angka beban
tanggungan, kualitas penduduk relatif rendah; sehingga mengakibatkan tingkat
produktivitas penduduk juga rendah,angka kemiskinan dan pengangguran relatif
tinggi, serta rendahnya pendapatan
b. Produktivitas
Masyarakatnya Masih Didominasi Barang-Barang Primer
Hal ini dikarenakan, pada umumnya > 70% penduduk di negara
berkembang berlatar belakang kehidupan agraris yang cara pengolahannya masih
dilakukan dengan alat-alat dan metode-metode sederhana.
c. Sumber Daya Alam Belum dapat Dimanfaatkan secara Optimal
Pemanfaatan kekayaan alam yang dimiliki belum mampu
dioptimalkan. Dalam pemanfaatannya, negara berkembang masih bekerja sama dengan
negara maju dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang dimiliki. Hasil sumber
daya alam ini pada akhirnya dijadikan komoditas perdagangan (ekspor) Oleh
karena itu, pada umumnya negara berkembang mengandalkan ekspor dari hasil alam
mentah.
d. Ketergantungan terhadap Negara Maju
Negara berkembang cenderung tergantung pada teknologi dan kucuran
dana (baik hibah ataupun pinjaman) dari negara yang lebih maju (negara donor)
demi kelangsungan pembangunan yang sedang dijalankan.
e. Tingkat Kesadaran Hukum, Kesetaraan Gender, dan Penghormatan
terhadap Hak Asasi Manusia Relatif Rendah
Tingkat partisipasi masyarakat dalam penegakan hukum relatif masih
rendah. Masyarakatnya masih banyak yang melakukan kecurangan-kecurangan hukum
tanpa rasa malu. Kesetaraan gender juga belum membudaya, wanita yang aktif
bekerja masih dianggap sebagai hal yang kurang pantas menurut beberapa
kalangan. Penegakan dan perlindungan hak asasi manusia juga belum dapat
dilaksanakan secara optimal.
f. Tingkat Pendidikan Masih Rendah
Tingkat
pendidikan pendudukan di negara-negara berkembang secara umum masih rendah. Hal
tersebut dikarenakan sarana dan prasarana pendidikan baik formal maupun
nonformal masih terbatas dan belum memadai.
g. Tingkat
Pendapatan Masih Rendah
Mayoritas
penduduk negara berkembang bekerja pada sektor pertanian yang umumnya masih
dikerjakan secara tradisional. Tingkat pendidikan serta penguasaan Iptek oleh
penduduk yang rata-rata masih rendah menyebabkan penduduk tidak mampu bersaing
untuk bekerja atau menciptakan pekerjaan di sektor lain. Kondisi demikian
mengakibatkan penduduk negara berkembang memiliki penghasilan atau pendapat
rata-rata yang relatif rendah, sehingga pendapatan perkapita juga rendah.
h. Tingkat Kesehatan
Taraf
kehidupan penduduk negara berkembang yang masih rendah juga berdampak pada
tingkat kesehatan penduduknya. Minimnya sarana dan prasarana kesehatan menyebabkan
tingkat kesehatan rata-rata penduduk di negara berkembang masih rendah juga
ditandai dengan angka kematian dan angka kelahiran tinggi, sedangkan angka
harapan hidup rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar