Selasa, 21 November 2017

KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT INDEX: TINGKAT PENDIDIKAN, KESEHATAN)

   KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (HUMAN DEVELOPMENT INDEX: TINGKAT PENDIDIKAN, KESEHATAN)
Bekerja dapat meningkatkan pembangunan sumber daya manusia ketika adanya kebijakan yang diambil untuk memperluas kesempatan kerja yang menguntungkan dan memuaskan produktifitas, meningkatkan keterampilan kerja dan potensi dan menjamin keselamatan hak–hak mereka dan kesejahteraan. Mengukur Aspek pekerjaan baik positif maupun negatif dapat membantu agenda kebijakan dan melacak kemajuan pembangunan SDM untuk meningkatkan pekerjaan. Tetapi banyak negara yang menghilangkan data internasional untuk indikator anak dibawah umur yang bekerja, pekerjaan paksa, peraturan penggunaan jam tenaga kerja dan perlindungan sosial. Hal ini membatasi negara untuk memantau pembangunan sumber daya manusianya.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk layak hidup.








Berdasarkan ketiga indikator tersebut, ditetapkan tiga kelompok negara.
·      Pertama (rendah), bila IPM-nya berkisar antara 0 sampai 50. Negara yang masuk kategori ini sama sekali atau kurang memperhatikan pembangunan manusia.
·       Kedua (sedang),  jika IPM-nya berkisar antara 51 sampai 79. Negara yang masuk dalam kategori ini mulai memperhatikan pembangunan sumber daya manusianya.
·       Ketiga (tinggi), jika IPM-nya berkisar antara 80 sampai 100. Negara yang masuk dalam kategori ini sangat memperhatikan pembangunan sumber daya manusianya.
Peran sumber daya manusia bukan hanya sebatas di tingkat perusahaan saja, namun menjadi faktor utama yang mendukung kemajuan sebuah negara. United Nations Development Programme (UNDP) mengembangkan Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index, HDI) sejak tahun 1980.
Pada tahun 2014 UNDP merilis laporan HDI untuk 187 negera dengan nilai rata-rata HDI sebesar 0,702 (pada skala 0 sampai 1). Indonesia menempati peringkat ke-108 dari 187 negara pada tahun 2013, atau tidak mengalami perubahan dari tahun 2012. Posisi tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok menengah. Skor nilai HDI Indonesia sebesar 0,684, atau masih di bawah rata-rata dunia sebesar 0,702. Peringkat dan nilai HDI Indonesia masih di bawah rata-rata dunia dan di bawah empat negara di wilayah ASEAN (Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand). Tiongkok yang pada tahun 1990 masih di bawah Indonesia, mulai menyusul Indonesia pada tahun 2005.
Tabel dibawah menunjukkan ulasan kemajuan Indonesia dalam setiap indikator IPM. Antara tahun 1980 dan 2014, harapan hidup di Indonesia meningkat 9,3per tahun, rata-rata tahun sekolah meningkat 4,5 per tahun dan tingkat harapan sekolah meningkat 4,3 tiap tahun. GNI per kapita Indonesia meningkat sekitar 237,4 persen antara tahun 1980 dan 2014.
 Untuk  di negara Asia tenggara Indonesia  terletak  di urutan nomor 5, hal ini membuat pemerintah dan masyarakat harus lebih produktif lagi dalam meningkatkan kinerja agar dapat meningkatkan pembangunan manusia. Singapura bisa berada pada golongan Very High Human Development dikarenakan Pemerintah Singapura sangat memperhatikan pembangunan manusianya. Masyarakat Singapura dikenal gila kerja, yang lebih memilih bekerja dibandingkan harus di rumah. Hal ini mengakibatkan etos kerja masyarakat Singapura tinggi. Dengan semangat kerja yang tinggi ini maka akan meningkatkan pendapatan nasional yang kemudian dapat disalurkan dalam hal pendidikan, dll. Di samping itu, Singapura memiliki daerah yang kecil dan penduduknya juga tidak terlalu banyak, dan kegiatan investasi di Singgapura cenderung tinggi. Banyak Penanam Modal Asing (PMA) yang menanamkan modalnya di Singapura karena menganggap Singapura memiliki potensi bisnis yang tinggi.
Brunei Darusalam bisa masuk golongan Very High Human Development dikarenakan pendapatan nasional darri negara ini sangat tinggi yang diperoleh dari sektor minyak. Di samping itu, penduduk Brunei bisa di bilang sedikit sehingga pendapatan per kapita nya sangat tinggi. Dengan PDB yang tinggi maka kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya terjamin serta bidang pendidikan bisa didukung sepenuhnya.
Sedangkan Indonesia masuk dalam golongan Medium Human Development. Pendapatan Nasional Indonesia sebenarnya tinggi tetapi tidak sebanding dengan jumlah penduduknya yang sangat banyak sehingga pendapatan per kapitanyapun menjadi sedikit. Jika ingin masuk ke golongan High Human Development maupun Very High Human Development, maka Indonesia harus memperbaiki kondisinya karena masih banyak yang harus diperbaiki. Masih banyak terjadi korupsi serta dana untuk pendidikan yang masih minim terbukti dengan masih banyaknya anak yang putus sekolah. SDMnyapun juga rendah. Di samping itu pemerataan pandapatan nasionalnya masih belum merata, masih banyak daerah yang miskin.
Negara-negara berkembang termasuk Indonesia  harus terus menghadapi tantangan untuk bertumbuh menjadi negara maju, adapun beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh Negara- Negara berkembang :
a.    Memiliki Berbagai Masalah Kependudukan
Berbagai tekanan dan masalah kependudukan yang merupakan masalah kompleks di negara-negara berkembang, antara lain: Laju pertumbuhan dan jumlah penduduk relatif tinggi, persebaran penduduk tidak merata, tingginya angka beban tanggungan, kualitas penduduk relatif rendah; sehingga mengakibatkan tingkat produktivitas penduduk juga rendah,angka kemiskinan dan pengangguran relatif tinggi, serta rendahnya pendapatan
b.    Produktivitas Masyarakatnya Masih Didominasi Barang-Barang Primer
Hal ini dikarenakan, pada umumnya > 70% penduduk di negara berkembang berlatar belakang kehidupan agraris yang cara pengolahannya masih dilakukan dengan alat-alat dan metode-metode sederhana.
c.    Sumber Daya Alam Belum dapat Dimanfaatkan secara Optimal
Pemanfaatan kekayaan alam yang dimiliki belum mampu dioptimalkan. Dalam pemanfaatannya, negara berkembang masih bekerja sama dengan negara maju dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang dimiliki. Hasil sumber daya alam ini pada akhirnya dijadikan komoditas perdagangan (ekspor) Oleh karena itu, pada umumnya negara berkembang mengandalkan ekspor dari hasil alam mentah.
d.   Ketergantungan terhadap Negara Maju
Negara berkembang cenderung tergantung pada teknologi dan kucuran dana (baik hibah ataupun pinjaman) dari negara yang lebih maju (negara donor) demi kelangsungan pembangunan yang sedang dijalankan.
e.    Tingkat Kesadaran Hukum, Kesetaraan Gender, dan Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia Relatif Rendah
Tingkat partisipasi masyarakat dalam penegakan hukum relatif masih rendah. Masyarakatnya masih banyak yang melakukan kecurangan-kecurangan hukum tanpa rasa malu. Kesetaraan gender juga belum membudaya, wanita yang aktif bekerja masih dianggap sebagai hal yang kurang pantas menurut beberapa kalangan. Penegakan dan perlindungan hak asasi manusia juga belum dapat dilaksanakan secara optimal.
f.     Tingkat Pendidikan Masih Rendah
Tingkat pendidikan pendudukan di negara-negara berkembang secara umum masih rendah. Hal tersebut dikarenakan sarana dan prasarana pendidikan baik formal maupun nonformal masih terbatas dan belum memadai.
g.    Tingkat Pendapatan Masih Rendah
Mayoritas penduduk negara berkembang bekerja pada sektor pertanian yang umumnya masih dikerjakan secara tradisional. Tingkat pendidikan serta penguasaan Iptek oleh penduduk yang rata-rata masih rendah menyebabkan penduduk tidak mampu bersaing untuk bekerja atau menciptakan pekerjaan di sektor lain. Kondisi demikian mengakibatkan penduduk negara berkembang memiliki penghasilan atau pendapat rata-rata yang relatif rendah, sehingga pendapatan perkapita juga rendah.
h.    Tingkat Kesehatan

Taraf kehidupan penduduk negara berkembang yang masih rendah juga berdampak pada tingkat kesehatan penduduknya. Minimnya sarana dan prasarana kesehatan menyebabkan tingkat kesehatan rata-rata penduduk di negara berkembang masih rendah juga ditandai dengan angka kematian dan angka kelahiran tinggi, sedangkan angka harapan hidup rendah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pronoun dalam Soal TOEFL