Sabtu, 11 November 2017

Peranan Pemasaran dalam Organisasi

Definisi Nilai dan Kepuasan Pelanggan

Pelanggan selalu ingin memaksimalkan nilai, dengan kendala biaya pencarian dan pengetahuan, mobilitas, serta penghasilan yang terbatas.Mereka membentuk suatu harapan nilai dan bertindak atas dasar harapan nilai teresebut. Kemudain mereka akan mengetahui apakah suatu penawaran benar-benar memenuhi harapan nilainya, yang berpengaruh kepada kepuasan mereka dan kemungkinan mereka membeli lagi.

1)      Nilai Pelanggan

Para pembeli akan membeli dari perusahaan yang dalam persepsi mereka menawarkan nilai terantar pada pelanggan (costumer delivered value) paling tinggi. Nilai terantar pada pelanggan adalah selisish antara nilai pelanggan total (total costumer value) dan biaya pelanggan total (total costumer cost). Dan nilai pelanggan adalah sebundel manfaat yang diharapkan pelanggan dari barang atau jasa tertentu.

2)      Kepuasan Pelanggan

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseornag setelah membandingkan kinerja produk (atau hasil) yang ia rasakan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan (perceived performance) dan harapan (expectations).Pelanggan bisa mengalami salah satu dari tiga tingkat kepuasan yang umum.Apabila kinerja dibawah harapan, pelanggan akan tidak puas. Apabila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melampaui harapan, pelanggan akan sangat puas, senang, atau bahagia.
Besarnya harapan yang dimiliki pembeli terbentuk dari pengalaman pembelian terdahulu, komentar teman dan kenalannya, serta informasi dan janji pemasar dan pesaingnya. Apabila pemasar menaikan harapan pelanggan terlalu tinggi, pembeli mungkin akan kecewa apabila perusahaan gagal memenuhi harapan pelanggan. Dilain pihak, apabila perusahaan menetapkan harapan pelanggan terlalu rendah, maka pelanggan tidak dapat menarik cukup banyak pembeli, meskipun pembeli akan puas.Kepuasan konsumen terbagi menjadi dua :
· Kepuasan Fungsional, merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau pemakaian suatu produk. Misal :Apabila kita makan maka akan membuat perut kita menjadi kenyang .
· Kepuasan Psikologikal, merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud. Misal : Perasaan bangga karena mendapat pelayanan
yang sangat istimewa dari sebuah rumah makan yang mewah .

A.    Memberi Nilai dan Kepuasan Pelanggan

Memuaskan kebutuh dan keinginan konsumen adalah inti dari pemasaran.Sasaran dari setiap bisnis adalah menghantarkan nilai pelanggan untuk menghasilkan laba. Dalam ekonomi yang sangat kompetitif, dengan semakin banyaknya pembeli rasional yang dihadapkan dengan segudang pilihan, perusahaan hanya dapat meraih kemenagan dengan melakukan proses penghantaran nilai yang bagus serta memilih, menyediakan, dan mengomunikasikan nilai yang unggul.

1)      Sistem Pengantaran Nilai

Perusahaan juga harus mencari keunggulan kompetitif di luar rantai nilainya sendiri, sampai ke rantai nilai pemasok, distributor, dan akhirnya pelanggannya. Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang menjalin kemitraan dengan anggota lain dari rantai pasokan untuk memperbaiki kinerja sistem pengantaran nilai pelanggan.
Dahulu perusahaan memandang pemasok dan distributornya sebagai pusat biaya, bahkan dalam beberapa kasus, sebagai musuh.Akan tetapi dewasa ini, mereka secara cermat memilih mitranya dan berusaha menyusun strategi yang saling menguntungkan.Dalam merancang suatu sistem pengantaran nilai pelanggan, persaingannya bukan lagi antar pesaing-pesaing individual, tetapi pada efektivitas relatif dari sistem pengantaran nilai yang diorganisasikan oleh setiap pesaing.
Implikasinya, pemasaran tidak bisa lagi hanya dipandang sebagai departemen penjualan.Pandangan pemasaran seperti ini hanya memberikan tanggung jawab kepada pemasaran untuk merumuskan bauran pemasaran yang berorientasi pada promosi tanpa mempertimbangkan karakteristik produk, biaya, dan sebagainya.Dalam pandangan baru mengenai pemasaran, pemasaran bertanggung jawab untuk merancang dan mengelola sistem pengantaran nilai yang superior untuk menjangkau segmen-segmen pelanggan sasaran. Eksekutif pemasaran masa kini tidak hanya memikirkan penjualan produk saat ini, tetapi juga bagaimana merangsang pengembangan produk perusahaan yang lebih baik, bekerja sama secara aktif dengan departemen-departemen lain dalam mengelola proses bisnis utama, dan membangun kemitraan eksternal yang lebih kuat.

2)      Rantai Nilai

Michael Porter dari Harvard menyatakan rantai nilai (valĂșe chain) sebagai alat untuk mengidentifikasi cara menciptakan lebih banyak nilai pelanggan (Gambar 2-1).Menurut model ini, setiap perusahaan merupakan sintesis dari beberapa kegiatan yang dilaksanakan untuk merancang, memproduksi, memasarkan, menghantarkan, dan mendukung produknya. Rantai nilai mengidentifikasi sembilan kegiatan yang secara strategis relevan—lima kegiatan primer dan empat kegiatan pendukung—yang menciptakan nilai dan biaya dalam bisnis yang spesifik.

Gambar2-1 Rantai Nilai Generik


Description: C:\Users\Primadifta\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\20150225_084602.jpg

Kegiatan primer adalah (1) logistik ke dalam atau memasukkan bahan dalam bisnis; (2) operasi atau mengubah bahan menjadi produk akhir; (3) logistik ke luar atau mengirimkan produk akhir; (4) memasarkan produk, yang meliputi penjualan; dan (5) memberikan layanan produk.Kegiatan pendukung—mencakup (l) infrastruktur perusahaan; (2) manajemen sumber daya manusia; (3) pengembangan teknologi; dan (4) pengadaan —ditangani oleh departemen khusus.Infrastruktur perusahaan mencakup biaya manajemen umum, perencanaan, keuangan, akuntansi, hukum, dan hubungan pemerintah.
Tugas perusahaan adalah mempelajari biaya dan kinerja dalam setiap kegiatan penciptaan nilai dan mencari cara untuk meningkatkannya. Manajer harus memperkirakan biaya dan kinerja pesaing mereka sebagai tolok ukur yang akandi bandingkan dengan biaya dan kinerja mereka sendiri. Mereka harus melangkah lebih lanjut dan mempelajari praktik “terbaik” dari perusahaan terbaik di dunia.
Sesungguhnya keberhasilan perusahaan tidak hanya bergantung pada seberapa baik kinerja setiap departemen, tetapi juga pada seberapa baik perusahaan mengkoordinasikan kegiatan departemen untuk melaksanakan proses bisnis inti. Proses bisnis inti ini meliputi:
·         Proses mengindera pasar. Semua kegiatan untuk mengumpulkan intelijen pasar, menyebarkannya dalam organisasi, dan menindaklanjuti informasi.
·         Proses realisasi penawaran baru. Semua kegiatan dalam meneliti, mengembangkan, dan meluncurkan penawaran berkualitas tinggi yang baru dengan cepat dan sesuai anggaran.
·         Proses akuisisi pelanggan. Semua kegiatan dalam mendefinisikan pasar sasaran dan mencari calon pelangan baru.
·         Proses manajemen hubungan pelanggan. Semua kegiatan dalam membangun pemahaman, hubungan dan penawaran yang lebih mendalam dengan pelanggan perorangan.
·         Proses manajemen pemenuhan. Semua kegiatan dalam menerima dan menyetujui pesanan, mengirimkan barang tepat waktu, dan mengambil pembayaran.
Perusahaan yang kuat merekayasa kembali alur kerja mereka dan membangun tim lintas fungsional yang bertanggung jawab dalam tiap-tiap proses.



B.     Menarik dan mempertahankan pelanggan

Perusahaan-perusahaan tidak hanya ingin memperbaiki hubungan dengan mitranya dalam rantai pasokan.Mereka juga berminat membangun ikatan dan loyalitas yang kuat dengan pelanggan akhirnya.Dahulu banyak perusahaan yang menyepelekan pelanggannya. Pelanggan mereka tidak memiliki banyak alternatif pemasok, atau para pemasok lain sama buruk kualitas dan pelayanannya, atau pasar berkembang sedemikian pesat sehingga perusahaan tidak perlu pusing untuk benar-benar memuaskan seluruh pelanggannya. Perusahaan mungkin kehilangan 100 pelanggan seminggu dan mendapatkan 100 pelanggan baru, dan merasa penjualannya memuaskan.Akan tetapi ini merupakan kondisi perputaran pelanggan yang tinggi dan membutuhkan biaya yang lebih besar daripada bila perusahaan mempertahankan 100 pelanggan lamanya tanpa ada pelanggan baru.Perusahaan seperti ini beroperasi berdasarkan teori bisnis “ember bocor”, yaitu selalu ada cukup pelanggan untuk menggantikan pelanggan yang hilang.

1)      Biaya Hilangnya Pelanggan

Perusahaan masa kini perlu lebih memperhatikan tingkat kehilangan pelanggan dan mengambil berbagai langkah untuk menguranginya.Ada empat langkah.Pertama, perusahaan harus menentukan dan mengukur tingkat bertahannya pelanggan.Bagi sebuah majalah, ukurannya adalah tingkat langganan ulang; bagi sebuah universitas mungkin tingkat bertahannya mahasiswa tingkat pertama ke tingkat kedua, atau tingkat kelulusan mahasiswanya.
Kedua, perusahaan harus membedakan berbagai penyebab hilangnya pelanggan dan mengidentifikasi penyebab-penyebab yang bisa ditangani secara lebih baik.Tidak banyak yang bisa dilakukan jika pelanggan pindah ke luar daerah atau bangkrut.Namun banyak yang dapat dilakukan bagi pelanggan yang hilang akibat pelayanan yang buruk, produk yang jelek, penetapan harga yang terlalu mahal, dan sebagainya.Perusahaan perlu menyiapkan suatu distribusi frekuensi yang menunjukkan persentase pelanggan yang ‘lari’ karena masing-masing sebab.
Ketiga, perusahaan harus mengestimasi besarnya keuntungan yang hilang akibat hilangnya pelanggan secara tidak perlu. Dalam kasus pelanggan individual, hal ini adalah nilai seumur hidup pelanggan (customer lifetime value), yaitu keuntungan yang bisa dihasilkan pelanggan jika ia terus membeli selama jangka waktu normal. Dalam kasus sekelompok pelanggan yang hilang, sebuah perusahaan transportasi memperkirakan laba yang hilang sebagai berikut: ,
·         Perusahaan memiliki 64.000 pelanggan.
·         Perusahaan kehilangan 5% pelanggan tahun ini akibat pelayanan yang buruk, yaitu 3.200 pelanggan (0,05 x 64.000)
·         Setiap pelanggan yang hilang rata-rata mencerminkan kehilangan pendapatan US$ 40,000, Jadi, perusahaan kehilangan pendapatan sebesar US$ 128,000,000 (3.200 x US$ 40,000).
·         Marjin laba perusahaan adalah 10%. Jadi, perusahaan kehilangan US$ 12,800,000 sia-sia (0,10 x US$ 128,000,000).
Keempat, perusahaan perlu menghitung jumlah biaya untuk mengurangi tingkat kehilangan pelanggan.Selama biayanya lebih rendah daripada laba yang hilang, perusahaan harus mengeluarkan biaya tersebut. Jadi bila perusahaan transportasi tadi dapat mempertahankan seluruh pelanggannya dengan biaya di bawah US$ 12,800,000, maka perusahaan itu akan melakukannya.

2)      Kebutuhan Akan Mempertahankan Pelanggan (Customer Retention)

Perusahaan-perusahaan masa kini berusaha sekuat tenaga mempertahankan pelanggannya. Mereka menyadari bahwa biaya menarik seorang pelanggan baru bisa lima kali lipat dari biaya mempertahankan seorang pelanggan yang sudah ada. Pemasaran ofensif biasanya jauh lebih mahal daripada pemasaran defensif, karena lebih banyak usaha dan biaya yang diperlukan untuk mendorong pelanggan yang puas supaya beralih dari pemasoknya saat ini.
Sayangnya, teori dan praktik pemasaran klasik lebih berpusat pada seni menarik pelanggan baru daripada mempertahankan yang sudah ada.Tekanannya ada pada penciptaan transaksi, dan bukannya penciptaan hubungan.Diskusi difokuskan pada aktivitas prapenjualan dan aktivitaspenjualan, bukan pada aktivitas paska-penjualan.Akan tetapi saat ini perusahaan menyadari pentingnya mempertahankan pelanggan yang ada. Menurut Reichheld dan Sasser, perusahaan dapat meningkatkan laba dari 25% sampai 85% dengan mengurangi kehilangan pelanggan sebesar 5%.Sayangnya, sistem akuntansi perusahaan gagal menunjukkan nilai dari pelanggan yang loyal.
Kita dapat melakukan perhitungan untuk mendukung gagasan mempertahankan pelanggan.Misalnya perusahaan meneliti biaya mendapatkan pelanggan baru. Hasilnya sebagai berikut:

Biaya kunjungan penjualan (termasuk gaji, komisi, tunjangan, dan pengeluaran)
US$
300
Rata-rata jumalah kunjungan sampai calin pelanggan menjadi pelanggan
X
4
Biaya mendapatkan pelanggan baru
US$
1,200

Ini belum lengkap karena kita belum menghitung biaya iklan dan promosi, operasi, perencanaan, dan lain-lain.
Kemudian seandainya perusahaan memperkirakan nilai seumur hidup pelanggan sebagaiberikut:

Pendapatan dari pelanggan setiap tahun
US$
5,000
Rata-rata jumlah tahun di mana pelanggan tetap loyal
X
2
Marjin laba perusahaan
X
0.10
Nilai seumur hidup pelanggan (undiscounted)
US$
1,000

Jelas perusahaan ini mengeluarkan lebih banyak biaya untuk menarik pelanggan baru daripada nilai pelanggan sebenarnya. Kalau perusahaan tidak bisa mendapatkan pelanggan dalam lebih sedikit kunjungan penjualan, menekan biaya tiap kunjungan, menambah pembelian pelanggan setiap tahunnya, mempertahankan pelanggan lebih lama atau menjual produk yang marjin labanya lebih besar, maka perusahaan ini akan bangkrut.
Karena mempertahankan pelanggan adalah yang paling utama, ada dua cara untuk mencapainya. Pertama adalah menciptakan hambatan beralih pemasok yang besar. Pelanggan cenderung tidak akan beralih pemasok jika biaya modalnya tinggi, biaya pencariannya tinggi, potongan sebagai pelanggan setianya hilang, dan lain-lain.
Cara yang lebih baik untuk mempertahankan pelanggan adalah dengan memberikan kepuasan pelanggan yang tinggi. Dengan demikian, akan lebih sulit bagi para pesaing untuk menerobos hambatan-hambatan dengan sekedar menawarkan harga yang lebih murah atau rangsangan beralih pemasok. Tugas, menciptakan loyalitas pelanggan yang kuat disebut relationship marketing.

3)      Customer Relationship Marketing

Berapa banyak dana yang harus diinvestasikan perusahaan dalam relationship marketing, mengingat biaya dan usaha  ekstra yang harus dikeluarkan? Untuk menjawabnya, kita perlu membedakan lima tingkat relasi dengan pelanggan:
·         Dasar: Wiraniaga menjual produk namun tidak menghubungi pelanggan lagi (misalnya wiraniaga mobil hanya menjual mobil).
·         Reaktif: Wiraniaga menjual produk dan meminta pelanggan menghubungi bila pelanggan punya pertanyaan atau keluhan.
·         Bertanggung jawab: Wiraniaga menghubungi pelanggan segera setelah penjualan untuk  menanyakan apakah produk memenuhi harapan pelanggan. Wiraniaga juga mengumpulkan saran-saran perbaikan produk dan setiap keluhan yang ada. Informasi ini membantu perusahaan untuk terus menyempurnakan produknya.
·         Proaktif: Wiraniaga, menghubungi pelanggan dari waktu ke waktu dengan saran mengenai penggunaan produk yang disempurnakan atau produk baru yang berguna.
·         Kemitraan: Perusahaan terus bekerja sama dengan pelanggan untuk mencapai penghematan bagi pelanggan atau membantu pelanggan bekerja lebih baik.

Marjin Tinggi
Marjin Sedang
Marjin Rendah
Banyak Pelanggan/distributor
Bertanggung jawab
Reaktif
Dsar atau Reaktif
Cukup banyak pelanggan/distributor
Proaktif
Bertanggung jawab
Reaktif
Sedikit pelanggan/distributor
Kemitraan
Proaktif
Bertanggung jawab

Gambar 2-2Tingkat Relationship Marketing

 Kebanyakan perusahaan akan melakukan pemasaran dasar jika pasar mereka mencakup banyak pelanggan dan marjin laba per unit mereka kecil (Gambar 2-2). Procter & Gamble tidak akan menghubungi setiap ibu untuk mengungkapkan penghargaan mereka atas pembelian popok sekali pakai oleh para ibu tersebut. Paling-paling P&G akan bertindak reaktif dengan membentuk pelayanan untuk menjawab pelanggan. Di sudut ekstrim yang lain, dalam pasar yang pelanggannya hanya sedikit dan marjin labanya besar, sebagian besar penjual akan mengarah pada pemasaran kemitraan. Contohnya, Boeing bekerja sama dengan Malaysian Airline System (MAS) untuk merancang dan menjamin bahwa pesawat Boeing bakal benar-benar memenuhi kebutuhan MAS. Di antara kedua situasi ekstrim ini, tingkat relationship marketing yang lain akan cocok.
Alat pemasaran apa saja yang dapat dipergunakan perusahaan untuk mengembangkan ikatan dan kepuasan pelanggan yang lebih kuat? Berry dan Parasuraman membedakan tiga pendekatan penciptaan nilai pelanggan. Yang pertama berdasarkan penambahan manfaat finansial bagi hubungan pelanggan.Misalnya, perusahaan penerbangan mensponsori program penghargaan bagi frequent-flyer, hotel punya program untuk tamunya yang sering menginap, pasar swalayan memberikan pengembalian uang kepada pelanggannya (patronage refunds), dan lain-lain.Meskipun program tersebut membentuk preferensi pelanggan, program semacam itu mudah ditiru pesaing dan karenanya kerapkali gagal mendiferensiasikan penawaran perusahaan secara permanen.(Namun demikian, lihat Strategi Pemasaran 2-3).

Gambar 2-3 Tindakan Sosial yang Mempengaruhi Hubungan Pembeli dan Penjual




Pendekatan kedua adalah dengan menambahkan manfaat sosial di samping manfaat finansial.Di sini karyawan perusahaan meningkatkan ikatan sosial mereka dengan pelanggan melalui pemahaman atas kebutuhan dan keinginan individual para pelanggan, serta penyampaian layanan yang lebih bersifat pribadi/personai (lihat Gambar 2-3).Mereka mengubah pelanggan menjadi klien. Donnelly, Berry, dan Thompson menarik kesimpulan berikut:
Pelanggan mungkin tidak dikenali oleh institusi; klien harus dikenali. Pelanggan dilayani sebagaibagian dari massa tertentu atau bagian dari segmen yang lebih besar; klien dilayani sebagai pribadi....Pelanggan dilayani oleh siapa saja yang kebetulan ada; klien dilayani ...... oleh profesional .....yang ditugaskan untuk melayani mereka.
Pendekatan ketiga adalah dengan menambahkan ikatan struktural di samping manfaat finansial dan sosial.Sebagai contoh, perusahaan mungkin memberikan pelanggan alat khusus atau sambungan komputer untuk membantu pelanggan menangani pemesanannya, penggajian karyawan, persediaan, dan lain-lain.Contoh nyatanya adalah Johnson & Johnson Medical di Singapura.Stafnya membantu rumah sakit untuk menangani persediaan, pencatatan pesanan, dan pengaturan rak/ruang.



C.     Profitabilitas pelanggan

Pemasaran adalah seni menarik dan mempertahankan pelanggan yang menguntungkan (profitable customers) Namun perusahaan sering menemukan bahwa antara 20%-40% pelanggannya tidak menguntungkan.Selain itu, banyak perusahaan yang melaporkan bahwa pelanggan mereka yang paling menguntungkan bukanlah pelanggan mereka yang paling besar, melainkan pelanggan mereka yang menengah (mid-size customers).Pelanggan terbesar menuntut banyak pelayanan dan mendapat diskon paling besar, sehingga mengurangi tingkat keuntungan perusahaan.Pelanggan terkecil membayar harga penuh dan menerima pelayanan minimal, tetapi biaya transaksi dengan pelanggan kecil mengurangi profitabilitas perusahaan.Pelanggan menengah memperoleh pelayanan baik dan membayar hampir penuh, sehingga dalam banyak kasus, merekalah yang paling menguntungkan.Tidak heran banyak perusahaan besar yang dahulu mengarah hanya pada pelanggan besar sekarang masuk pula ke pasar menengah.
Perusahaan tidak perlu mengejar dan memuaskan setiap pelanggan.Contohnya, jika pelanggan bisnis Ladyhill Hotel di Singapura (hotel yang paling murah dalam Goodwood Group) mulai meminta pelayanan bisnis sebagaimana yang diberikan Goodwood, Ladyhill harus bilang “tidak”. Mengabulkan permintaan itu hanya akan mengaburkan positioning sistem Goodwood dan Ladyhill. Laning dan Philips menjelaskan hal ini dengan baik:
Beberapa organisasi berusaha melakukan segala hal yang disarankan pelanggan...Namunwalaupun para pelanggan sering memberikan gagasan yang baik, mereka juga sering menyarankan rangkaian tindakan yang tidak mungkin dilakukan atau tidak menguntungkan. Mengikuti saran mereka dengan asal-asalan berbeda sekali dengan fokus pasar (market-focus)— memilih dengan tegas  pelanggan mana yang akan dilayani dan menentukan kombinasi manfaat serta harga tertentu yang akan diberikan kepada mereka (dan mana yang harus ditolak).
Apa yang membuat pelanggan menguntungkan? Kami mendefinisikan pelanggan yang menguntungkan (profitable customers) sebagai berikut:
Pelanggan yang menguntungkan adalah orang, rumah tangga, atau perusahaan yang dalam jangka panjang memberikan pendapatan yang melebihi biaya perusahaan untuk menarik, menjual, dan melayani pelanggan itu, dalam jumlahyang dapat diterima.
Perhatikan bahwa tekanannya ada pada pendapatan dan biaya dalam jangka panjang, bukan laba dari transaksi tertentu. Di bawah ini beberapa gambaran tentang nilai pelanggan seumur hidup:
Stew Leonard, yang mengoperasikan pasar swalayan yang sangat menguntungkan di Amerika Serikat, menegaskan bahwa ia merasa US$ 50,000 melayang setiap kali ia menjumpai pelanggan yang kecewa. Mengapa?Karena rata-rata pelanggannya berbelanja US$ 100 seminggu, 50 minggu dalam setahun dan tinggal di daerah itu selama 10 tahun.Jadi, bila pelanggan kecewa dan beralih ke pasar swalayan lain, Stew Leonard kehilangan pendapatan US$ 50,000. Ini belum termasuk jika pelanggan menjelek-jelekkan pasar swalayan itu, sehingga ada pelanggan lain yang juga beralih. Jadi, Stew Leonard mengharuskan karyawannya mengikuti dua aturan ini:
·         Aturan Nomor 1: Pelanggan selalu benar.
·         Aturan Nomor 2: Jika pelanggan keliru, lihat aturan Nomor 1.
Misalkan seorang konsultan pemasaran di Hong Kong menjalankan bisnis yang membutuhkan pengeluaran dana sebesar US$ 1,500 sebulan untuk pelayanan DHL. Ia mengeluarkan dana tersebuti untuk 12 bulan dalam setahun dan berharap bisnisnya akan tetap berjalan baik untuk 10 tahun mendatang. Oleh sebab itu, ia bakal mengeluarkan dana US$ 180,000 untuk pelayanan DHL di masa mendatang. Jika marjin laba DHL sebesar 10%, maka bisnis seumur hidup pelanggannya akan memberikan kontribusi sebesar US$ 18,000 bagi laba DHL. Semua laba potensial ini bisa hilangbegitu saja bila konsultan tersebut mulai mendapatkan pelayanan yang buruk dari pengemudi DHL atau jika ada pesaing yang menawarkan pelayanan lebih baik.
Kebanyakan perusahaan gagal mengukur profitabilitas pelanggan individual.Misalnya, menurut bank hal ini sulit dilakukan karena pelanggan menggunakan berbagai pelayanan pelanggan dan transaksinya dicatat di berbagai departemen yang berbeda.Bank yang berhasil menghubungkan transaksi-transaksi pelanggannya terkejut melihat jumlah pelanggan yang tidak menguntungkan dalam database pelanggan mereka.Beberapa bank melaporkan rugi pada lebih dari 45% pelanggan ritelnya.Tidak heran kalau bank-bank mulai memungut biaya untuk jasa-jasa yang dulunya gratis.

Gambar 2-4Analisis Profitabilitas Pelanggan/Produk


Salah satu contoh analisis profitabilitas ditunjukkan dalam Gambar 2-4.Pelanggan disusun dalam kolom dan produk dalam lajur/baris.Setiap sel berisi simbol profitabilitas menjual produk itu kepada pelanggan tertentu. Kita mengamati bahwa pelanggan 1 sangat menguntungkan karena ia membeli tiga produk menguntungkan yaitu Pl, P2, dan P4. Pelanggan 2 menunjukkan campuran profitabilitas; ia membeli satu produk menguntungkan dan satu produk tidak menguntungkan. Pelanggan 3 menunjukkan pelanggan yang merugikan lantaran ia membeli satu produk menguntungkan dan dua produk tak menguntungkan. Apa yang dapat dilakukan perusahaan? (1) Perusahaan dapat menaikkan harga produk yang kurang menguntungkan atau menghapus produk itu. (2) Perusahaan dapat mencoba menjual silang (crossrsell) produk menguntungkan ke pelanggan yang tak menguntungkan. Mungkin lebih baik kalau pelanggan tak menguntungkan ini beralih.Bahkan orang dapat menyatakan bahwa lebih baik kalau perusahaan mendorong pelanggan tak menguntungkan beralih ke pesaingnya.

D.    Pemasaran Kulitas Total (Total Quality Marketing)

Pemasaran suatu perusahaan tidak akan efektif kalau hanya dipercayakan kepada departemen pemasaran. Departemen pemasaran terbaik di dunia tidak dapat menolong barang atau jasa yang buruk.Bila pelanggan tidak dapat mengerti petunjuk tertulis pada produk atau tidak dapat menghubungi manajer yang tepat, atau menerima tagihan yang keliru, dapat dimengerti kalau citra perusahaan di matanya menurun. Perusahaan akan kehilangan ‘‘ekuitas perusahaan” dalam benak pelangggan.
Eksekutif puncak masa kini memandang tugas meningkatkan kualitas barang dan jasa sebagai prioritas utama.Kesuksesan perusahaan-perusahaan Jepang di pasar global disebabkan kualitas produk mereka yang cemerlang.Kebanyakan pelanggan tidak lagi menerima atau mentolerir kinerja berkualitas rata-rata/sedang.Ini seperti yang diungkapkan Soichiro Honda, “Mungkin penyebab begitu banyaknya orang yang puas dengan mobil-mobil kami adalah karena kami justru tidak puas.....Tujuan kami adalah menghasilkan produk dengan segala senang hati, sehingga kami dapat menjualnya dengan segala senang hati dan pelanggan kami dapat menggunakannya dengan segala senang hati.”
Perusahaan dewasa ini tak punya pilihan lain kecuali menganut Total Quality Management (TQM), jika mereka ingin tetap bertahan, apalagi ingin untung. Menurut Presdir GE, John F. Welch Jr.: “Kualitas adalah jaminan terbaik kesetiaan pelanggan, pertahanan "terbaik kami menghadapi para pesaing dari luar, dan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng.”
Ada hubungan erat antara kualitas barang dan jasa dengan kepuasan pelanggan serta profitabilitas perusahaan.Kualitas yang lebih tinggi menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, sekaligus mendukung harga lebih tinggi dan sering juga biaya lebih rendah.Oleh sebab itu program penyempurnaan kualitas (quality improvement programs (QIP)) umumnya meningkatkan profitabilitas.Penelitian PIMS yang terkenal menunjukkan korelasi antara kualitas produk relatif dan profitabilitas perusahaan.
Namun kita harus mendefinisikan dahulu kualitas. Kualitas sering didefinisikan “kecocokan penggunaan”, “kesesuaian dengan persyaratan”, “bebas dari penyimpangan”, dan lain- lain. Kita akan menggunakan definisi dari American Society for Quaiity Control yang dianut di seluruh dunia:
Kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik suatu barang atau jasa yang berpengaruhpada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat
Jelas ini adalah definisi kualitas yang berpusat pada pelanggan.Pelanggan memiliki kebutuhan dan pengharapan tertentu.Kita bisa mengatakan bahwa penjual tertentu berkualitas bila produk dan pelayanannya memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.Perusahaan yang dapat memuaskan sebagian besar kebutuhan pelanggan hampir sepanjang waktu adalah perusahaan berkualitas.
Penting untuk membedakan antara kualitas kinerja dan, kualitas kesesuaian (atau kelas/grade). Mercedes memiliki kualitas kinerja yang lebih baik daripada Volkswagen; mengemudikannya lebih nyaman, jalannya lebih kencang, lebih tahan lama, dan lain-lain: Namun baik Mercedes maupun Volkswagen bisa memberikan kualitas kesesuaian yang sama apabila masing-masing pasar sasarannya mendapatkan apa yang diharapkan. Mobil seharga US$ 70,000 yang memenuhi kebutuhan pasar sasarannya adalah mobil berkualitas.Mobil seharga US$ 15,000 yang memenuhi kebutuhan pasar sasarannya adalah mobil berkualitas.Namun kalau mobil Mercedes ternyata tidak enak dikemudikan atau mobil Volkswagen ternyata tidak hemat bahan bakar, maka keduanya gagal memberikan kualitas kesesuaian dan kepuasan pelanggan.
Demikian pula halnya, kualitas kesesuaian saja tidak cukup.Suatu produk mungkin sangat sesuai dengan spesifikasinya, namun tak ada artinya kalau spesifikasinya keliru.Yang penting dalam analisis akhir adalah kualitas yang dipandu pasar (Market-Driven Quality atau MDQ), bukan kualitas yang dipandu rekayasa (Engineering-Driven Quality (EDQ).
Kualitas total adalah kunci penciptaan nilai dan kepuasan pelanggan. Kualitas merupakan tugas semua orang, seperti juga pemasaran adalah tugas semua orang. Hal ini dikemukakan Daniel Beckham:
Pemasar yang tidak belajar bahasa peningkatan kualitas, produksi dan operasi akan ketinggalan jaman seperti kereta kuda. Zaman pemasaran fungsional sudah berlalu. Kita tidak dapat lagi memandang diri kita sebagai periset pasar, orang periklanan, pemasar langsung, penyusun strategi —kita harus memandang diri kita sebagai pemuas pelanggan— corong pelanggan yang berfokus pada keseluruhan proses.
Manajemen pemasaran memiliki dua tanggung jawab dalam perusahaan berwawasan kualitas.Pertama, manajemen pemasaran harus turut berpartisipasi dalam merumuskan strategi dan kebijakan yang dirancang untuk membantu perusahaan mencapai keunggulan melalui kecemerlangan kualitas menyeluruh.Kedua, pemasaran harus memberikan kualitas pemasaran di samping kualitas produksi.Setiap kegiatan pemasaran —riset pemasaran, pelatihan penjualan, periklanan, layanan pelanggan, dan lain-lain— harus dilakukan dengan standar tinggi.
Salah satu penelitian menunjukkan bahwa pemasaran dan wiraniaga merupakan sumber terbanyak keluhan pelanggan (35%).Kesalahan pemasaran meliputi kasus di mana wiraniaga memesan sesuatu yang khusus untuk pelanggan namun lupa memberi tahu departemen produksi tentang perubahan itu, atau kasus di mana pemrosesan pesanan yang keliru menyebabkan produk yang keliru dibuat dan dikirimkan, dan di mana keluhan pelanggan tidak diselesaikan dengan memuaskan.
Di lain pihak, ironisnya, pemasar harus memainkan beberapa peranan penting dalam membantu perusahaan mereka menentukan dan menyampaikan barang dan jasa yang berkualitas tinggi kepada pelanggan sasarannya. Pertama, pemasar bertanggung jawab untuk menentukan kebutuhan dan tuntutan pelanggan dengan benar.Kedua, pemasar harus mengkomunikasikan harapan pelanggan secara benar kepada perancang produk.Ketiga, pemasar harus memastikan bahwa pesanan pelanggan dipenuhi dengan benar dan tepat waktu.Keempat, pemasar harus memastikan bahwa pelanggan telah mendapatkan instruksi, pelatihan dan bantuan teknis yang tepat untuk penggunaan produk. Kelima, pemasar harus berhubungan terus dengan pelanggan sesudah penjualan, untuk memastikan bahwa mereka sudah puas dan akan terus puas. Keenam, pemasar harus mengumpulkan dan menyampaikan gagasan pelanggan untuk penyempurnaan barang dan jasa kepada departemen perusahaan yang tepat. Bila pemasar melakukan semua hal ini, mereka telah memberikan kontribusi khususnya kepada total quality management dan kepuasan pelanggan.
Sebagai contoh, Daewoo Electronics mengetahui bahwa para konsumen di negaranya (Korea Selatan) menyukai produk-produk buatan Samsung Electronics dan Goldstar, dan bahkan produk-produk impor dari Jepang. Menyadari bahwa; itu bukan disebabkan kecanggihan teknologi pesaing-pesaing tersebut namun lebih sering disebabkan kegagalan produk Daewoo, perusahaan ini mengembangkan apa yang disebutnya “tankism.” Dengan mengalihkan tekanan pada peralatan yang ‘kaku’ ke kenyamanan dan kemudahan digunakan, Daewoo mulai menghasilkan produk yang kuat dan berguna, serta mengurangi tingkat kesalahan dengan menghapus fungsi-fungsi yang tidak perlu, sekaligus memperkuat produk. Akibatnya, staf pelayanan Daewoo memiliki lebih sedikit item untuk ditangani, dan karenanya bisa memberikan pelayanan purna jual yang lebih baik.

Implikasinya adalah bahwa pemasar harus meluangkan waktu dan tenaga tidak hanya untuk memperbaiki pemasaran eksternal, tetapi juga memperbaiki pemasaran internal.Pemasar harus menyampaikan komplain sebagaimana pelanggan menyampaikan komplain kalau barang atau jasa tidak benar/tepat.Pemasaran harus menjadi pelindung pelanggan. Pemasaran harus terus menjunjung tinggi standar “memberikan solusi terbaik kepada pelanggan” .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pronoun dalam Soal TOEFL